Kepedulaian terhadap lingkungan saat ini sedang ngetrend di seluruh dunia. hal ini salah satunya dipicu oleh meningkatnya suhu bumi atau yang lebih populer disebut dengan global warming. para ilmuah menyatakan bahwa bumi mengalami peningkatan suhu jauh melebihi rata-rata ratusan tahun yang lalu, intinya ibarat kita sedang menuju jaman paleolitikum disaat reptil menguasai bumi. meningkatnya suhu bumi menyebabkan lapisan es abadi yang menyelimuti kutub utara dan beberapa puncak gunung tertinggi mencair dan bahkan beberapa es abadi di puncak gunung-gunung tertinggi telah hilang salah satunya adalah Puncak Jayawijaya. mencairnya es abadi ini sangat beresiko besar, banyaknya air tawar yang masuk ke laut akan menurunkan tingkat kadar garam laut dan juga menaikkan permukaan air laut. menurut prediksi ilmuwan dalam beberapa tahun ke depan permukaan air laut bisa saja naik setinggi 1 meter, tentunya hal ini akan mengakibatkan banyak pulau tenggelam beserta peradaban ada ada di atasnya.
Ancaman lain terhadap bumi yang tidak kalah serius adalah polusi dan pencemaran produk kebanggaan ilmuwan di abad 20, plastik. Plastik bisa kita temui di mana saja. Perangkat komputer, pensil, botol minuman, buku, kresek, mobil, gantungan kunci, dan hampir 90% kemasan makanan menggunakan plastik sebagai bahan bakunya. Seratus tahun yang lalu plastik merupakan penemuan yang menjadi idola insdustri, namun 50 tahun kemudian dampak negatifnya baru diketahui dan pengaruh plastik terlanjur menggurita dalam industri jadi sulit untuk menggatinya hingga hari ini. Peran plastik dalam industri makanan minuman kini semakin tinggi, produsen minuman cenderung mengganti botol kaca dengan botol plastik. Makanan pun kini cenderung masuk dalam trend menjadi instan dan pocket size sehingga semakin banyak kemasan yang tentunya berbahan plastik dibutuhkan. Dan semakin banyak kemasan plastik yang dibuat maka semakin banyak sampah yang akan dihasilkan sehingga semakin besar resiko pencemaran terhadap planet yang kita huni.
Masalah sampah plastik tidak bisa diatasi dengan logika yang sederhana seperti, "menggantinya dengan bahan lain", "menghancurkan atau membakarnya", atau "mengurangi penggunaannya". Hal ini karena plastik secara ekonomi merupakan bahan yang sangat ekonomis dan praktis, selain itu penghancuran sampah plastik dengan cara dibakar akan menyebabkan terlepasnya bahan aditif yang bersifat karsinogen yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Salah satu alternatif menangani masalah sampah ini adalah dengan mendaur ulang sampah tersebut. Secara khusus kali ini saya akan menceritakan pengalaman bersama G-Pro dan AIESEC Surabaya mentraining siswa-siswa SMK Surabaya dalam seminar kreatif enterpreneurship, dan yang kami bawakan adalah usaha daur ulang dan pengolahan sampah. Pada tanggal 12-13 Maret 2011, kami memberikan training pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan barang kerajinan. Training tersebut dibagi menjadi tiga sesi, yaitu: materi Cinta Lingkungan, praktek pembuatan barang kerajinan dari plastik bekas, dan eco-Enterpreneur.
Ada pengalaman menarik yang sangat berkesan bersama teman-teman AIESEC dan siswa SMK 11 Surabaya. Budaya organisasi yang dibangun AIESEC yaitu apresiasi, openes, dan spirit sangat terasa. Sambutan hangat dari keluarga besar SMKN 11 dan antusiasme mereka selama mengikuti pelatihan membuat para perajin yang didatangkan oleh G-Pro merasa bersemangat dan tidak tampak guratan lelah di wajah mereka selama memandu seluruh siswa dan anggota AIESEC membuat bunga plastik, kotak pensil, taplak meja, dan bunga sepatu yang semuanya berbahan plastik dan botol bekas.
Secara pribadi saya, yang secara khusus diminta G-Pro menjadi training konseptor dan trainer di event tersebut, sangat senang sekali bisa berpartisipasi dalam event tersebut sebagai pembawa materi Cinta Lingkungan dan sebagai "tukang jahil". Ya, saya memang jahil. Bahkan para anggota AIESEC dari Bahrain dan Polandia juga tak luput dari kejahilan saya. Peserta pelatihan kita kali ini terdiri dari warganegara dan suku yang berbeda, selain peserta yang terdiri dari siswa SMK se-Surabaya ternyata teman-teman AIESEC juga membawa bolo(pasukan, teman.red) mereka yang notabene warga negara asing, antara lain dari Bahrain dan Polandia.
Kalian tahu, ternyata sulit juga membuat game ice breaking yang tidak bias culture. Ini lantaran anggota AIESEC yang berasal dari negara lain masih belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Untunglah siswa SMK Surabaya telah pandai berbahasa Inggris jadi kita bisa bermain game dengan instruksi bahasa Inggris. yeah, dengan skenario yang manis akhirnya dua orang warga asing kalah saat bermain "up down brothers" dan saya hukum bernyanyi dan menarikan tarian khas negara mereka. Ah.. semoga mereka tidak marah dan malah ketagihan berkunjung ke Indonesia sambil mengajak warga negara mereka berbondong-bondong wisata ke Indonesia. Yah.. kalian tahulah, bapak menteri pariwisata kita kurang menggigit belakangan ini dalam mendatangkan wisatawan asing. ups...
Anyways, thanks kepada teman-teman AIESEC yang sudah mempercayai kami, G-Pro (Green Product). kapan lagi coba bisa ngerjain Bule? hahahahaha.....
Ancaman lain terhadap bumi yang tidak kalah serius adalah polusi dan pencemaran produk kebanggaan ilmuwan di abad 20, plastik. Plastik bisa kita temui di mana saja. Perangkat komputer, pensil, botol minuman, buku, kresek, mobil, gantungan kunci, dan hampir 90% kemasan makanan menggunakan plastik sebagai bahan bakunya. Seratus tahun yang lalu plastik merupakan penemuan yang menjadi idola insdustri, namun 50 tahun kemudian dampak negatifnya baru diketahui dan pengaruh plastik terlanjur menggurita dalam industri jadi sulit untuk menggatinya hingga hari ini. Peran plastik dalam industri makanan minuman kini semakin tinggi, produsen minuman cenderung mengganti botol kaca dengan botol plastik. Makanan pun kini cenderung masuk dalam trend menjadi instan dan pocket size sehingga semakin banyak kemasan yang tentunya berbahan plastik dibutuhkan. Dan semakin banyak kemasan plastik yang dibuat maka semakin banyak sampah yang akan dihasilkan sehingga semakin besar resiko pencemaran terhadap planet yang kita huni.
Masalah sampah plastik tidak bisa diatasi dengan logika yang sederhana seperti, "menggantinya dengan bahan lain", "menghancurkan atau membakarnya", atau "mengurangi penggunaannya". Hal ini karena plastik secara ekonomi merupakan bahan yang sangat ekonomis dan praktis, selain itu penghancuran sampah plastik dengan cara dibakar akan menyebabkan terlepasnya bahan aditif yang bersifat karsinogen yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Salah satu alternatif menangani masalah sampah ini adalah dengan mendaur ulang sampah tersebut. Secara khusus kali ini saya akan menceritakan pengalaman bersama G-Pro dan AIESEC Surabaya mentraining siswa-siswa SMK Surabaya dalam seminar kreatif enterpreneurship, dan yang kami bawakan adalah usaha daur ulang dan pengolahan sampah. Pada tanggal 12-13 Maret 2011, kami memberikan training pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan barang kerajinan. Training tersebut dibagi menjadi tiga sesi, yaitu: materi Cinta Lingkungan, praktek pembuatan barang kerajinan dari plastik bekas, dan eco-Enterpreneur.
Ada pengalaman menarik yang sangat berkesan bersama teman-teman AIESEC dan siswa SMK 11 Surabaya. Budaya organisasi yang dibangun AIESEC yaitu apresiasi, openes, dan spirit sangat terasa. Sambutan hangat dari keluarga besar SMKN 11 dan antusiasme mereka selama mengikuti pelatihan membuat para perajin yang didatangkan oleh G-Pro merasa bersemangat dan tidak tampak guratan lelah di wajah mereka selama memandu seluruh siswa dan anggota AIESEC membuat bunga plastik, kotak pensil, taplak meja, dan bunga sepatu yang semuanya berbahan plastik dan botol bekas.
Secara pribadi saya, yang secara khusus diminta G-Pro menjadi training konseptor dan trainer di event tersebut, sangat senang sekali bisa berpartisipasi dalam event tersebut sebagai pembawa materi Cinta Lingkungan dan sebagai "tukang jahil". Ya, saya memang jahil. Bahkan para anggota AIESEC dari Bahrain dan Polandia juga tak luput dari kejahilan saya. Peserta pelatihan kita kali ini terdiri dari warganegara dan suku yang berbeda, selain peserta yang terdiri dari siswa SMK se-Surabaya ternyata teman-teman AIESEC juga membawa bolo(pasukan, teman.red) mereka yang notabene warga negara asing, antara lain dari Bahrain dan Polandia.
Kalian tahu, ternyata sulit juga membuat game ice breaking yang tidak bias culture. Ini lantaran anggota AIESEC yang berasal dari negara lain masih belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Untunglah siswa SMK Surabaya telah pandai berbahasa Inggris jadi kita bisa bermain game dengan instruksi bahasa Inggris. yeah, dengan skenario yang manis akhirnya dua orang warga asing kalah saat bermain "up down brothers" dan saya hukum bernyanyi dan menarikan tarian khas negara mereka. Ah.. semoga mereka tidak marah dan malah ketagihan berkunjung ke Indonesia sambil mengajak warga negara mereka berbondong-bondong wisata ke Indonesia. Yah.. kalian tahulah, bapak menteri pariwisata kita kurang menggigit belakangan ini dalam mendatangkan wisatawan asing. ups...
Anyways, thanks kepada teman-teman AIESEC yang sudah mempercayai kami, G-Pro (Green Product). kapan lagi coba bisa ngerjain Bule? hahahahaha.....
2 comments:
mantabs bro.. smoga k depan qt smakin sering mengisi Green Training tuk d berbagai pelosok Indonesia :D
wah, sukses mas dengan profesinya... salam kenal :)
Post a Comment